Artikel Drh. Ai Srimulyati, M.Si (22 Februari 2017)
Paratuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis (MAP). Kemampuan tumbuh bakteri ini lambat namun bakteri ini dapat menimbulkan penyakit yang merugikan. Infeksi MAP pada hewan menimbulkan penyakit Johne’s Disease (JD) sedangkan pada manusia menyebabkan Crohn’s Disease (CD). Kedua penyakit tersebut memiliki ciri-ciri gejala dan patologis yang sama yaitu menimbulkan randang kronis pada usus terutama ileum dan kolon yang khas dengan bentuk granulomatosa. Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik seperti diare, muntah, demam, hingga diare berdarah sehingga sering tidak terdiagnosis dengan segera (Gardner et al. 2011).
Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis (MAP) merupakan bakteri gram positif yang dapat ditemui di alam atau lingkungan. Bakteri ini termasuk dalam bakteri Mycobacterium kompleks yang memiliki tiga subpsesies, yaitu Mycobacterium avium subspesies avium, Mycobacterium avium subspesies silvaticum dan Mycobacterium avium subspesies paratuberculosis (Silva et al. 2013). MAP merupakan bakteri aerobik, non motil, tahan asam, berbentuk batang dengan pertumbuhan yang lambat, berukuran kecil (0.5-1.5 mikron) dan membentuk kelompok (OIE 2004). Untuk pertumbuhannya, MAP memerlukan mycobactin, senyawa hidroksamat pengikat besi. Suhu pertumbuhan optimum MAP berkisar 25-45 oC pada pH 5.5 (Gaggia et al. 2010). Waktu pertumbuhan sehingga koloni MAP dapat terlihat berkisar 2-60 hari. Koloni berwarna merah jambu, oranye, atau kuning dengan permukaan kasar, memproduksi katalase, arylsulfatase, dan mampu menelan lyzozym (Park et al. 2014).
Johne’s Disease akan terjadi ketika MAP tertelan. MAP akan segera menembus permukaan mukosa saluran pencernaan dan difagosit oleh makrofag. Kemampuan MAP bertahan di dalam makrofag merupakan suatu kelebihan bakteri ini dalam mengganggu inang. Di dalam makrofag bakteri mampu bertahan dan terlindung dari mekanisme kekebalan humoral. Status nutrisi dan hormonal hewan sangat mempengaruhi kepekaan infeksi bakteri ini. Paparan sementara hormon pertumbuhan dan prolaktin memperkuat multiplikasi MAP di dalam monosit. Fluktuasi hormon-hormon tersebut selama masa kebuntingan dan laktasi mungkin memberi lingkungan yang baik bagi MAP untuk bermultiplikasi (Harris & Barletta 2001).
Paratuberkulosis termasuk salah satu jenis penyakit hewan menular yang terdapat di Indonesia yang perlu diwaspadai. Penyakit tersebut belum banyak dikenal oleh petugas kesehatan hewan di lapangan di daerah atau oleh para peternak sapi, karena sifat penyakitnya yang kronik, tidak nampak gejalanya pada awal infeksi dan sulit dideteksi secara dini. Sapi (berumur lebih dua tahun) yang mengalami diare kronik dan kekurusan, seharusnya dicurigai ke arah paratuberkulosis dan seandainya didiagnosis paratuberkulosis, perlu konfirmasi di laboratorium.
Ditinjau dari aspek veteriner, paratuberkulosis dianggap kurang penting oleh para pemegang kebijakan, namun dari aspek kesmavet, penyakit ini sangat penting, karena hewan terinfeksi dapat menularkan patogen melalui produk ternak seperti susu. Surveilan paratuberkulosis pada sapi perah di daerah Jawa Barat pernah dilakukan pada tahun 2004. Tiga dari 180 sampel yang diperiksa secara ELISA antibodi, dinyatakan positif mengandung antibodi spesifik paratuberkulosis sedangkan secara kultural terdapat satu dari tiga sampel yang positif M. Paratuberculosis. Pada tahun 2007 ditemukan enam ekor seropositif dari kelompok sapi perah di Jawa Tengah (hasil survei Balai Besar Veteriner Bogor tahun 2007, belum dipublikasi). Dengan uji CFT, dari 25 sampel serum darah sapi potong di Sumatera Utara dan DI Aceh, sebanyak 4% diantaranya positif mengandung antibodi spesifik paratuberkulosis. Data di atas memberikan informasi dini bahwa masalah MAP di bidang usaha sapi perah, susu dan hasil olahannya adalah nyata dan sangat potensial berkembang di Indonesia (Adji 2004).
Penelitian atau surveilan paratuberkulosis di Indonesia belum mendapat perhatian yang memadai dibandingkan dengan penyakit ternak lainnya yang mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat veteriner. Mengingat Indonesia juga mengimpor sapi potong dan sapi perah dari negara-negara yang tidak bebas paratuberkulosis, terbawanya penyakit tersebut ke Indonesia perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
Adji RS. 2004. Isolasi uji serologi terhadap Mycobacterium paratuberculosis pada sapi perah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 281-284.
Gaggia F, Nielsen DS, Biavati B, Siegumfeldt H. 2010. Intracellular pH of Mycobaterium avium subsp. Paratuberculosis folloing exposure to antimicrobial compounds monitored at the single cell level. Int J Food Microbiol 141:S188-S192.
Gardner IA, Nielsen SS, hittington RJ, Collins MT, Collins MT, Bakker D, Harris B, Sreevatasan S, Lombard JE, Sweeney R, Smith DR, Gavalchin J, Eda S. 2011. Consensusbased reporting standards for diagnostic test accuracy studies for paratuberculosis in ruminants. J Prev Vet Med 101:18-34.
Harris NB, Barletta RG. 2001. Mycobacterium avium subsp. Paratuberculosis in Veterinary Medicine. Clin Microbiol Rev 14(3):489-512.
[OIE] World Organisation for Animal Helath. 2014. Paratuberculosis (Johne’s disease). Chapter 2.1.11. Terrestrial Manual [Internet]. [diunduh 12 November 2014]. http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Health_standards/tahm/2.01.11_PARATB.pdf.
Park KT, Allen AJ, Davis WC. 2014. Development of a novel DNA extraction method for identification and quantification of Mycobaterium avium subsp. Paratuberculosis from tissue samples by real-time PCR. J Microbiol Meth 99:58-65.
Silva KD, Browne S, Begg DJ, Whittington RJ, Emery D. 2013. Apoptosis of lympha node and peripheral blood cells in ovine Johne’s diseases. Vet Immunol Immunopathol 156:82-90.
Tahun ini : | 224,324 |
Bulan ini : | 37,889 |
Hari ini : | 899 |
Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok
Jl. Enggano No 17, Tanjung Priok, Jakarta Utara 14310, DKI Jakarta, Indonesia
Email: infokarantinapriok@pertanian.go.id
Telp. (021) 43800148, 43800150
Fax (021) 43902124, 43931061
SMS/WA 082311811181
Website http://tanjungpriok.karantina.pertanian.go.id/